Rabu, 02 November 2022

Makalah Teori Belajar dan Berpikir Kritis

 


A.    Pengertian Belajar

     Manusia dilahirkan dan hidup didunia untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang baru. Cara untuk memperoleh hal tersebut adalah dengan belajar, sampai akhir hayatnya. Belajar ada kaitannya adalah usaha yang dilakukan siswa untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan perkembangan mental yang akan mengasilkan hasil belajar yang baik dan siswa akan memperoleh kemandirian sebagaimana yang dinyatakan oleh Gagne dan Hilgard (dalam Hanafiah dan Suhana, 2010:7) bahwa “Belajar merupakan suatu perubahan yang diakibatkan karena sebuah pengalaman”.



     Belajar memerlukan proses yang cukup lama untuk mendapatkan keberhasilan terhadap perkembangan hidupnya. Dengan demikian, belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi manusia. Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:1)  menyatakan bahwa  “Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundimental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya”.

     Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. suatu proses atau kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dengan memperoleh suatu informasi baru melalui pengalaman. Oemar Hamalik (2014:36) menyatakan bahwa “Modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Berdasarkan pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

     Berdasarkan definisi menurut para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang sangat positif dalam aspek pengetahuan, pengalaman, sikap, kepribadian, dan keterampilan seseorang yang dilakukan secara sadar dan bertahap melalui pengalaman untuk lebih menambah wawasan seseorang. Bukti bahwa sesorang sudah belajar adalah terjadinya perubahan pola pikir, tingkah laku dan keterampilan yang semakin berkembang baik yang pada awalnya tidak memahami menjadi dapat memahami.

 

B.     Teori Belajar     

     Teori belajar merupakan sebuah landasan yang mendasari terjadinya suatu proses pembelajaran. Banyak sekali teori yang berkaitan dengan proses belajar. Masing-masing teori tersebut memiliki pandangan tersendiri. Sebagaimana yang dinyatakan oleh  Susanto (2013:96) bahwa “Teori konstruktivisme dalam pembelajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya”. Pendapat yang hampir serupa dinyatakan oleh Yaumi (2013:28-35) bahwa teori-teori belajar sebagai berikut:

1). Teori belajar behaviorisme      

                Belajar menurut kaum behaviorisme adalah perubahan dalam tingkah laku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai respon tindakan stimulus yang diberikan.

2). Teori pemrosesan informasi

                Teori pemrosesan informasi memandang belajar sebagai upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi melalui memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang terjadi dalam diri siswa.

3). Teori skema dan muatan kognitif

              Teori skema pertama kali dicetuskan oleh Piaget pada tahun 1926, teori ini membahas proses belajar yang menyebabkan asimilasi, akomondasi, dan skemata.

). Teori belajar situated

               Pandangan umum tentag teori ini adalah jika kita membawa siswa pada situasi dunia nyata dan berinteraksi dengan orang lain, saat itulah terjadi proses belajar.

5). Teori belajar konstruktivisme

               Belajar dalam pandangan konstruktivisme benar-benar menjadi usaha individu dalam mengkonstruksi makna tentang suatu yang dipelajari. Teori-teori belajar yang dinyatakan oleh Suprijono (2013:16) hampir serupa dengan teori di atas bahwa:

1.        Teori perilaku

               Teori perilaku bersumber dari pemikiran behaviorisme. Dalam respektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulu) dan balas (respond).

2.        Teori belajar kognitif

               Pandangan teori belajar kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak.

3.        Teori belajar kontruktivisme

               Teori ini menganggap pemikiran filsafat kontruktivisme mengenai hakikat pengetahuan memberikan sumbangan terhadap usaha mendekonstruksi pembelajaran mekanis.

             Bersumber pada teori-teori di atas, peneliti menggunakan teori kontrukvisme sebagai landasan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Teori kontruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan siswa dibentuk sendiri oleh setiap individu dan pengalaman yang merupakan kunci dari belajar yang didapatkan oleh siswa dari hasil belajar kelompok seperti model pemebelajaran cooperative learning tipe TGT.

 

C.    Berpikir Kritis

       Berpikir merupakan sebuah aktivitas yang selalu dilakukan manusia, bahkan ketika sedang tertidur. Berpikir sering dilakukan oleh manusia untuk membentuk kosep, membuat keputusan, bernalar, dan menyelesaikan masalah dengan kemampuan yang tidak terbatas. Berpikir merupakan salah satu daya yang paling utama dan menjadi ciri khas yang membedakan manusia dengan hewan.

       Sebagaimana pernyataan menurut Santrock (dalam Rahmawati, 2014:15) bahwa “Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah”. Berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak untuk mengorganisasi informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis merupakan bagian dari kegiatan berpikir yang juga dilakukan oleh otak.

         Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah secara sistematis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu aspek penting yang sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran matematika, terutama untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika yang sulit (non-rutin) pada materi statistik. Hal ini dikarenakan penggunaan berpikir kritis yang tepat akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan  kemampuan pemecahan masalah matematika sebagaimana pernyataan yang dikutip oleh Wulandari (2017:39) bahwa “Berpikir kritis adalah aktivitas mental individu untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan berbagai informasi yang sudah diperoleh melalui beberapa kategori”.

       Berpikir kritis memiliki beberapa aspek yang harus dipenuhi Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis matematis siswa MTs Al-Falah Nagrak adalah cooperatif learning tipe TGT.  Facione (2013:5) menyatakan bahwa “Aspek kemampuan berpikir kritis terdiri dari 6 aspek, yaitu interpretasi (interpretation), analisis (analysis), kesimpulan (inference), evaluasi (evaluation), penjelasan (explanation), dan pengaturan diri (self-regulation)”.

         Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Berpikir kritis adalah kemampuan setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik untuk mengejar pengetahuan yang relevan tentang dunia dengan melibatkan evaluasi bukti. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

         Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban. Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-kemungkinan jawaban lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat dari suatu permasalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran terhadap suatu masalah  sampai pada tahap kompleks tentang “mengapa” dan “bagaimana” proses pemecahannya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar